Assalamualaikum Beijing |
Penulis : Asma Nadia
Penerbit : Asma Nadia Publishing House
Penyelaras aksara : Fakhri Fauzi
Penata aksara : Nurul M. Janna
Perancang sampul : Maxima Pictures, Wasi Kendedes
Cetakan kesebelas, Januari 2015
ISBN : 978-602-9055-25-2
Tebal: 360 halaman
Harga: 54K (diskon 10% di Toga Mas)
"Seperti kemarin, pagi ini aku terbagung dan menemukan wajahnya di sisi pembaringan.Seperti kemarin, dia mengejutkanku dengan senyum dan dengan nada yang nyaris sama ditikamnya rasa percayaku, "Saya suamimu!" Katanya.Dan seperti kemarin, aku memandangnya dengan keraguan yang terus menggelepar. Jika benar laki-laki itu takdirku, kenapa potretnya tak berbekas dalam ingatan? " (Hal. 313)
Ya, cuplikan dari buku inilah yang membuat saya sangat penasaran dengan bukunya Asma Nadia, "Assalamualaikum Beijing!", cuplikan ini dikutip oleh teman (dgn dicantumkan sumber tentunya) di facebooknya.
Dan sepertinya takdir memang mempertemukan saya dengan buku ini, karena saya akhirnya membelinya juga ^^. Salah seorang teman yang sudah membacanya bahkan bilang kalau ia gak bosen-bosen baca buku ini (baca lebih dari sekali), dan itu membuat saya semakin penasaran.
..................................................
"Cinta adalah kegembiraan yang tersisa. Jika nanti suatu pagi, tak lagi senyummu menyapa seperti biasa dan hanya bisa ku temukan dalam mimpi." (Hal. v)
Asmara di hari menjelang pernikahannya dikejutkan dengan suatu yang tak pernah ia duga, kesalahan yang dilakukan calon suaminya, Dewa... Yang berujung "dibatakannya pernikahan". Meski Dewa bersikeras kalau apapun yang terjadi Asma adalah cintanya, orang yang akan ia pilih untuk hidup bahagia bersamanya kelak. Tapi, kesalahan Dewa tidak bisa ditolerir dan Asma benar-benar patah dan sakit hati saat itu memutuskan untuk meninggalkan Dewa, melakukan hal yang memang harus dilakukan.
"Manusia tempatnya khilaf, tetapi tidak berarti setiap orang bebas mengeliminasi tanggung jawab moral yang mesti ditanggungnya, lalu berbicara seolah-olah kesalahan adalah sesuatu yang lumrah dan dengan enteng dapat ditoleransi." (Hal. 64)
"Patah hati perkara manusiawi, tetapi tidak boleh berlarut-larut. Sebab ketika seseorang berlama-lama dalam perasaan nelangsa, dia kehilangan fokus pada semesta kebaikan yang Allah limpahkan." (Hal. 134)
Dalam masa-masa pasca patah hati itu Asma mendapat tugas dari kantornya ke Beijing, dan di sana Asma ia bertemu Zhongwen, lelak asing yang memanggilnya Ashima, yang memperkenalkannya banyak hal tentang negeri itu padanya, kisah cinta Ashima dan Ahei, juga kisah Meng Jiang Nv dan Fan Xi-Liang, juga beberapa tempat menarik selama Asma berada di negeri tirai bambu tersebut. Tapi, kebersamaan mereka harus diakhiri ketika Asma harus kembali ke tanah air, kembali ke kehidupannya semula...
......................................................
Buku yang sangat menakjubkan, itu adalah kesan pertama ketika membacanya... Isinya memberikan banyak pesan entah itu tersirat maupun yang tersurat ^^. Salah satu buku yang membangun jiwa, rekomendasi bagi siapa saja yang membutuhkan semangat dalam menjalani hidup, juga yang biasanya mengeluh atas ujian dalam hidup.
Tiap babnya tidak terlalu panjang dan itu membuat siapa pun yang membacanya tidak mudah bosan, ada kalimat pembuaka di tiap bab yang disusun dengan bagus, yang pasti setelah membacanya pengen tahu cerita dalam bab itu (sukses bikin penasaran).
Sebagai pembaca saya sangat kagum dengan tokoh Asma, yang tegar terhadap masalah yang bertubi-tubi menghampirinya, juga Zhongwan dengan cintanya yang luar biasa, Sekar pecinta drama korea sekaligus sahabat yang selalu mensupport Asma dengan caranya, Mama Asma yang tak pernah menyerah menemani Asma di setiap kesulitannya.
"Kamu tahu, seorang ayah mungkin pergi. Namun, setiap ibu akan terus menemani." (Hal.223)
Dan pasti, tokoh yang sukses bikin sebel setengah mati adalah Dewa, yang cintanya hanya sebatas angan, ketika dihadapkan dengan kenyataan yang tidak enak, ia langsung mundur dengan pelan dan pasti.
4 bintang dari 5 untuk setiap hal yang dilalui Asma dan membawanya menemukan cintanya.
by Ana
Comments
Post a Comment